Selasa, 16 Juni 2009

TERPURUK DAN BANGKIT



“ Tidaklah muncul karya-karya orang-orang besar, melainkan di tengah-tengah kesulitan dan kerja keras. “ (Syaikh Muhammad Al-Ghazali Rahimahullah)


Terpuruk dan bangkit adalah warna yang melengkapi wajah kehidupan setiap kita. Terlepas sedalam atau sedangkal apa keterpurukan itu, setiap kita setidaknya pernah gagal, pahit atau bahkan terjengkang dari arena kompetisi hidup yang keras ini. Di antara karunia terbesar yang diberikan Allah kepada manusia, adalah potensinya untuk bangkit setelah mengalami keterpurukan. Maka bangkit adalah anugerah. Tetapi bangkit dalam praktik adalah wilayah ikhtiar yang memerlukan spirit, ketangguhan dan juga cara pandang yang jernih. Bangkit tak akan bisa terasakan manis tanpa pembanding: pahitnya terpuruk. Keterpurukan adalah warna hidup yang tak dapat kita hindari. Ia bias saja, terduga ataupun tak terduga, karena memang hidup ini bukan kita yang mengatur, tetapi Dzat Yang Maha Menggenggam. Dialah yang menata segalanya, sesuka Nya. Kita ini hanya bias merancang, tetapi Dia yang membuat keputusan. Kita berkeinginan, tetapi Dia yang mewujudkan.




Di dalam Al-Qur’an Allah SWT menegaskan, “Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki. Dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu. (QS.Ali Imran : 26).

Begitulah, adakalanya kita berada di atas, ada kalanya pula kita terlempar ke bawah. Tidak ada kemapanan yang permanent; terus menerus di puncak. Hidup ini berada diantara dua keadaan itu. Terserah Sang Pemilik Kehidupan, di mana dan seperti apa kita akan di tempatkan hari ini dan hari esok. Kita hanya bias melakukan hal-hal yang bisa terjangkau dan di dalam control manusia. Namun keterpurukan kadang pula dating karena kita “mengundangnya” yaitu ketika dengan sengaja meninggalkan ketaatan kepada Nya, dan kerap menganiaya diri sendiri dengan banyak melakukan kesalahan. Allah SWT menegaskan, “ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nisa:79).

Keterpurukan adalah inspirasi untuk bangkit dengan iman dan kemauan untuk bergerak. Kita harus mempunyai sikap lebih bijak, agar keterpuukan yang kita alami adalah pembelajaran hidup kita untuk lebih dewasa mentadaburkan kasih saying Allah SWT. (widya sumber: tarbawi)

Tidak ada komentar: