Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah, seperti biji benih yang menumbuhkan tjuh buah tunas. Setiap tunas mengeluarkan seratus biji. Dan Allah melipat gandakan pahala siapa saja yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS : Albaqarah : 261)
Kaya atau miskin, banyak atau sedikit, lama atau sebentar, susah atau mudah, ternyata tergantung bagaimana kita memandangnya. Uang Rp. 20.000 terasa sangat besar sekali tatkala seseorang memasukannya kedalam kotak infaq. Tapi menjadi kecil sekali bila di bawa untuk berbelanja di mall. Lama sekali rasanya berada dua jam di masjid, tapi betapa cepatnya dua jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop. Betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan bola favorit, tapi betapa bosannya bila imam sholat tarawih bulan ramadhan yang bacaannya lama. Banyak realitas paradoks dalam hidup kita. Seperti juga soal kaya miskin, menjadi adsurd penilaiannya. Orang kaya bisa merasa miskin, dan orang miskin bisa merasa oran kaya. Orang berada bisa merasa sebagai orang berada. Maka yang paling penting bagi kita adalah bagaimana menjadi kaya yang sesunggunya.
Definisi kekayaan secara materi sangat mudah dipahami. Demikian juga pengertian miskin secara harta, mudah dipahami. Tetapi bila keduanya berdampak kepada kemiskinan iman, kemiskinan amal kebajikan, kemiskinan keshalihan, maka kaya dan miskin secara materi, menjadi tidak memerlukan definisi baru, sebagai sumber kemiskinan sejati. Sebaliknya, kaya dan miskin secara materi, justru menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan kekayaan iman, kekayaan keshalihan, dan kekayaan kebajikan, maka keduanya sumber kekayaan, bahkan kekayaan itu sendiri. Karenanya diluar kekayaan harta yang melimpah, harus ada pencarian makna baru dari kekayaan, dalam konteks kaya untuk modal berbuat kebaikan. Salah satu sumber kekayaan yang mempunyai makna adalah menjadi kaya dengan berinfaq. Paradigma lain soal kekayaan adalah kekayaan dibalik infak dan shodaqoh yang kita keluarkan. secara materi, orang yang mengelurkan hartanya adalah mengurangi hartanya. Tetapi sesungguhnya, pada saat yang sama ia tengah menanam sebuah bibit yang dijanjikan Allah akan berbuah berlipat-lipat. Sesuai dengan firman Nya ”Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah, seperti biji benih yang menumbuhkan tjuh buah tunas. Setiap tunas mengeluarkan seratus biji. Dan Allah melipat gandakan pahala siapa saja yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar