Kamis, 15 Mei 2008

Berjanjilah Disini..

Pernahkah kita memikirkan, bahwa banyak kesamaan antara kita, manusia dengan pohon? Pernahkah kita merenungkan, bahwa ada banyak kemiripan antara sifat-sifat kita dengan sifat pohon? Perhatikanlah berbagai fakta ini, ada pohon yang bisa memberi manfaat kepada manusia, dan ada juga pohon yang sama sekali tidak ada gunanya. Ada pohon yang bisa berguna sebagai makanan atau bahkan sebagai obat, tapi ada juga pohon yang justru menjadi beban dan membawa penyakit. Ada pohon yang akarnya begitu kuat mencengkram tanah dan dahannya tinggi menjulang ke langit, sementara ada pula pohon yang akarnya lemah, batangnya kurus dan tidak bisa berdiri tegak. Ada pohon yang begitu indah dan menarik orang untuk melihatnya, tapi ia hanya layak untuk menjadi pajangan atau hiasan saja. Ada pohon yang batangnya kokoh dan akarnya kuat sehingga ia mampu melawan terpaan angin. Tapi ada yang hanya dengan tiupan angin perlahan, ia sudah tumbang.




Renungkanlah,.. persamaan-persamaan antara sifat kita, manusia, dengan sifat pohon. Dari sinilah kita akan mengerti mengapa Al-Qur’an pun menguraikan tasybiih (penyerupaan) dengan syajarah (pohon) dan anasir pohon. Salah satunya dalam surat ibrahim ayat 24-25, ketika Allah SWT memberi perumpamaan tauhid itu sebagai pohon yang berkualitas baik. Ternyata, hati seorang Mukmin yang didalamnya tertanam kalimat tauhid, tak berbeda dengan kondisi pohon yang disebut sebagai syajarah thayyibah itu. Seorang Mukmin jasadnya tercipta dari tanah, tapi ruhnya bergantung pada petunjuk dari langit. Bersahabat dan berteman dengan seorang Mukmin, duduk di dekatnya dan berinteraksi dengannya pasti memberi manfaat. Ia kokoh kala diterpa topan kesulitan, selalu memberi buahnya kepada manusia yang lain. Hatinya, amal-amalnya, perkataannya, tasbihnya, menjulang tinggi di langit dan menurunkan barakah keimanan dan pahala setiap saat.

Siapakah kita? Pohon yang menebar manfaatkah? Atau pohon yang justru menebar penyakit? Pohon yang kuat dan kokohkah? Atau pohon yang lemah dan tak memiliki akar? Pohon yang indah dan menarik sajakah, tapi hanya memberi hiasan belaka? Pohon yang kuat melawan terpaan anginkah, atau pohon yang mudah patah oleh sekedar tiupan?

Bahkan Rosulullah SAW pun dalam beberapa hadistnya menyampaiakan permisalan kita dengan anasir pohon. Lihatlah bagaimana sabdanya ketika membandingkan kualitas manusia satu sama lain, terkait interaksinya dengan Al-Qur’an. Rosulullah SAW menyebut seorang Mukmin membaca Al-Qur’an dan menerapkan isinya, seperti buah utrujah. Sebagian ulama mengqiyaskan buah utrujah adalah buah jeruk. Yakni buah yang baunya sedap dan rasanya nikmat. Rosulullah juga menyebutkan seorang Mukmin yang tidak membaca Al-qur’an, seperti buah tamrah, atau buah kurma. Rasanya nikmat, tapi tidak mempunyai bau. Sedangkan orang-orang yang berbuat banyak dosa, tapi membaca Al-qur’an diumpamakan dengan buah raihanah, yaitu buah yang baunya sedap, tapi rasanya pahit. Lalu Rosulullah memberi perumpamaan orang yang banyak dosa dan tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzalah, yang baunya busuk dan rasanya tidak enak.

Berjanjilah disini...kita akan terus menempa diri menjadi pohon yang indah, dahannya kuat menjulang, kokoh dan menebar manfaat. Kita akan bekerja sekuat tenaga untuk sampai pada permisalah anasir pohon, buah yang mempunyai bau semerbak dan lezat rasanya. Mari himpun kekuatan kebersamaan kita disini, untuk mencapai cita-cita itu .

Tidak ada komentar: