Jumat, 07 Maret 2008

Memahami Kehendak Allah

Biarkan hari-hari bertingkah semaunya buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara dan jangan gelisah dengan kisah malam. Karena tidak ada kisah dunia ini yang abadi” (Imam Syafi’i)

Hidup kita di dunia tidak lebih dari rangkaian usaha demi usaha. Sambungan ikhtiar demi ikhtiar. Tetapi pada ujung usaha dan puncak ikhtiar itu tak lantas langsung berhubungan dengan keberhasilan dan kesuksesan. Ada sampul lain yang berbeda, yang menghubungkan dengan keberhasilan itu. Simpul itu ialah kehendak Allah. Simpul yang tidak pernah di ketahui oleh manusia. Simpul itu benar-benar wilayah yang sangat gelap bagi kita semua. Seperti di tegaskan Allah SWT dalam firman-Nya. “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.” (QS.Luqman :34).



Bagi seorang mukmin jalan hidup yang dilalui tidak selalu datar. Ia bertangga-tangga, bertingkat-tingkat seperti tingkatan kualitas mukmin itu sendiri. Setiap kehendak Allah untuk seorang mukmin selalu baik. Apapun bentuk kehendak itu. Kehendak yang menyenangkan tentu baik untuk kita. Namun tidak sebatas itu, kehendak Nya yang terlihat tidak menguntungkan pun ternyata ada kebaikan yang Allah ”paksakan” untuk kita. Karena hanya Dia lah yang mengetahui hal yang terbaik untuk kita. Boleh jadi ketetapan Allah yang tidak sejalan dengan kita merupakan harga yang harus di bayar untuk kesuksesan yang lain. Usaha mencari pekerjaan umpamanya, kalau ternyata tidak juga kita dapat, bisa jadi kehendak Allah kali ini adalah agar kita membeli tawaran kenikmatan Allah yang lebih baik. Meski terkadang kita harus membelinya dengan musibah sebagai harganya. Dari ruang-ruang seperti inilalh kita bisa mencoba mengais makna lain dari sebuah ketetapan Allah. Agar pada sebuah ujian yang melelahkan, kita tetap punya kebahagiaan lain dengan tidak menambahkan dengan kelelahan yang lain. Kelelahan karena salah menyikapi takdir dan ketetapan Allah. Lorong hidup kita tidak selamanya terang. Terkadang kita harus melalui masa-masa yang gelap. Ada hari untuk kita dan ada hari yang bukan milik kita. Bila hari ini kita merasa orang yang paling bahagia di dunia. Dihari yang lain, kadang kita merasa tidak ada orang yang lebih sengsara dibandingkan kita. Itulah dunia yang berputar dibawah kehendak Allah yang Maha Adil. Apapun yang sedang terjadi hari ini , dalam lorong apa pun kita sedang berjalan, berbaik sangka kepada Allah harus terpatri dalam hati. Dengan bersyukur atas nikmat yang Ia berikan. Karena apa yang kita dapatkan memang atas kehendak-Nya. Bukan murni kehendak kita. Hidup kita harus dipenuhi dengan berbaik sangka kepada Allah. Jangan ada ruang sekecil apa pun tempat kita berburuk sangka pada Nya. Karena kita akan menemui kehendak Nya sejalan dengan prasangka kita kepada-Nya.

Tidak ada komentar: