Minggu, 26 April 2009

OBSESI




Secara umum, segala obsesi kita harus dimuarakan untuk mengharap ridha Allah, surga dan ampunan-Nya. Tetapi pada prakteknya, pada format duniawinya, pilihan-pilihan peran yang mewadahi obsesi-obsesi itu tidak bisa diseragamkan. Sebab, hidup ini bukan satu warna dan satu rasa. Keseragaman dan peran tunggal dalam hubungan social mustahil terjadi. Peran yang berbeda, menjadikan manusia bisa saling memenuhi kebutuhan hidupnya dalam harmoni yang indah.




Allah SWT sendiri menegaskan, ”setiap orang bekerja sesuai syakilahnya.” (QS Al-Isra : 84). Disini, didalam rumah keimanan, sebuah obsesi dan kehendak besar, menegaskan diri kita sebagai nilai keberartian di dunia dan akhirat adalah obsesi yang bisa diformulakan dalam bentuk pekerjaan, karya dan juga jerih payah. Pada setiap jalur kehidupan yang halal, wajib dan sunah, ada berjuta pekerjaan dan perilaku yang bisa menjadi baju bagi obsesi-obsesi itu. Menjadi karyawan, guru, mahasiswa, pedagag dan yang lain, semuanya bisa menjadi tempat persinggahan bagi cita-cita besar dan kehendak yang terus membara. Obsesi itu harus kita kejar. Sependek atau sepanjang apapun waktu yang kita perlukan. Sampai tak ada yang bisa menghalangi obsesi itu kecuali kematian. Mungkin diantara kita telah memiliki obsesinya masing-masing. Mungkin yang lain tengah mencari. Mungkin yang lain lagi tengah menanti saat-saat yang tepat. Tapi momentum itu sesungguhnya bisa hadir setiap saat, dari keseharian kita yang mungkin biasa-biasa saja, namun jika kita berani mengambil keputusan dari sebuah obesesi yang tanpa seremoni tapi bisa mengubah arah hidup kita dan memiliki jaminan hidup di akhirat yang nyaman, berarti kita telah bisa memetakan obsesi.

Tidak ada komentar: