Kamis, 14 Agustus 2008

Tambatan Cinta



Setiap kita punya tambatan cinta yang berbeda-beda. Pada sisi keimanan, tentu semestinya cinta itu tertambat pada Allah., rosulnya, dan ajaran-ajaran agama Nya. Pada sisi kemanusiaan, kita boleh menambatkan cinta itu kepada apa dan siapa saja yang halal dan mubah. Meski kita mengerti bahwa cinta kemanusiaan kita tidak boleh melanggar cinta keyakinan kita, tetapi tetap saja ada duka dan sedih untuk setiap perpisahan dengan apa dan siapa saja yang kita cintai. Tetap saja ada tangis untuk setiap kehilangan orang-orang atau apa saja yang kita cintai. Maka, yang tak mencintai apa-apa tak akan pernah merasakan kehilangan apa-apa



Di sinilah masalahnya. Orang-orang yang menjalani hidup ini dengan tanpa tambatan cinta, akan melewati segala perjumpaan perpisahan tanpa makna apa-apa. Tak ada susah, tak ada pula senang. Tapi seburuk-buruk orang yang tak ounya tambatan cinta, adalah mereka yang tak pernah mengerti arti karunia Allah yang diberikan kepadanya. Sebab cinta adalah kumpulan segala kemampuan kita untuk menghargai. Ada berjuta karunia dan kemurahan Allah yang diberikan kepada kita. Ada usia, nafas, tinggi-tegak badan yang segar, pikiran yang sehat dan rezeki yang kita kais dari keringat kita. Diatas seluruh karunia itulah kita menikmati hidup ini. Dengannya kita menitahkan jati diri kita, sebagai makhluk dengan peradaban yang tak pernah berhenti mencari gaya barunya. Dalam konteks inilah, kita meletakkan cinta kita kepada karunia Allah.

1 komentar: