Senin, 09 Juni 2008

Apa Kabar Akhirat?



Akhirat. Kampung tempat segalanya berkesudahan. Mengakhiri jalan panjangnya. Rumah penghabisan, tempat segala hiruk pikuk dunia ditimbang, lalu ditunaikan hak orang-orang yang punya hak. Serta diambilkan bayaran kekurangan orang-orang yang berbuat curang. Nun jauh disana. Kita akan bersua. Seperti air sungai yang mengalir berliku, kesana pula bermuara pada akhirnya. Tetapi akhirat bukan sekedar tempat berkesudahan yang terpaksa. Atau tempat pembuangan segala isi alam semesta. Ya, pada ketetapan Allah, takdir dan kuasa-Nya, tak ada yang bisa lari dari akhirat.



Tapi bagi orang-orang beriman, akhirat adalah juga tempat menggantungkan cita-cita, harapan, dan puncak kebahagiaan yg abadi. Tetapi bagi orang-orang yang tergelincir dan bergelimang dosa, bergumul dengan syetan dan hawa nafsu, akhirat adalah tempat penghempasan yang menyakitkan. Seperti ogokan sampah yang tak kuasa terbawa arus. Melaju. Disana pula sampah itu mengalir. Lalu terhenti seketika. Menembus segala kotorannya. Dengan cara yang sangat mengerikan. Ia mungkin dahulu mengatakan, seperti yang diabadikan Al-Qur’an, ” Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), ”Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan di bangkitkan. ” (QS. Al-An’am:29). Maka manusia sampah punya akhirannya sendiri di kampung akhirat sana. Akhiran sebagai sampah, atau bahkan lebih nista dari pada sampah. Suasananya sangat mengharukan. ” Dan jika kamu (Muhammad )melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, ” Kiranya kami dikembalikan ke dunia dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan. ” (Al-An’am : 27).

Akhirat. Jauh dan dekatnya sangat tergantung pada cara kita mengejarnya. Lama dan sebentarnya tergantung bagaimana kita berjalan menuju ke sana. Sejatinya, kita bertaruh untuk sesuatu yang sangat pasti. Akhirat yang sering terlupakan. Ia semestinya hadir disetiap jenak kita, meski terasa asing dan tak tergambarkan. Ia dekat, namun sering dianggap jauh. Ia nyata bilapun sering dirasa sebatas cerita. Seperti pemangsa bertaring, ia bisa menyergap tiba-tiba, tapi betapa banyak orang yang tak pernah menyadarinya. Akhirat. Seperti sahabat sehati. Ia akan terus melambai, bila kita masih jujur padanya. Bila kita merindukannya, ia akan memberi sambutan untuk kita, bila kita masih setia berjalan menuju kepadanya. Kesetiaan seorang mukmin yang mencari cinta sejati. Cinta yang menghidupkan dan memastikan harapan. Kesetiaan seorang mukmin yang mengerti bahwa dunia hanya sementara, kawan yang menangkar mawar, tapi juga durinya, madu tapi juga racunnya. Manis, tapi juga pahitnya. Maka, ditengah hidup yang sangat penat dan melelahkan, bertanya tentang kampung akhirat abadi adalah keniscayaan. Ditengah gemerlap hidup yang memacu peradaban materinya. Bertanya tentang kabar sahabat sejati adalah kemestian: apa kabar akhirat?

Tidak ada komentar: