Sabtu, 01 Maret 2008

Memilih Hidup yang Hanya Sekali


Di depan mata kita, di hamparan belantara dunia yang terus berumur, ada beribu jalan hidup. Dalam keseluruhan jalan itu manusia berjalan mengisi hari-harinya. Ada yang memilih jalan yang benar. Ada juga memilih jalan yang salah. Semua pilihan ada di tangan kita. Pilihan hiduplah yang akan menentukan baik atau salah. Dengan menentukan pilihan, berarti kita sudah menentukan garis kehidupan kita. Begitupun ketika kita memilih seseorang yang akan menemani dan mewarnai kehidupan kita. Setiap kita memang perlu teman hidup. Dalam pengertian yang sangat luas. Teman dalam arti pasangan hidup, teman dalam arti sahabat, teman dalam arti tetangga, dan teman dilingkungan tempat kita bekerja.

Keputusan-keputusan kita memilih keseluruhan teman hidup itu, mendapatkan perhatian besar dalam islam. Rosulullah memerintahkan seseorang memilih calon pasangan suami atau istri yang baik. Ini tentu tidak sekedar urusan kehormatan. Tapi juga merupakan keputusan penting bagi masa depan generasi berikutnya. Tidak ada yang memungkiri, bahwa kebersamaan manusia dengan sesamanya melahirkan proses saling mewarnai, saling mempengaruhi dan saling membentuk kepribadian diri. Dalam bahasa Rosulullah “ seseorang itu tergantung bagaimana agama temannya.” Memilih teman dalam arti yang seluas-luasnya adalah pilihan yang menjadi tanggung jawab kita di dunia dan di akhirat.

Selain memilih teman, kita juga dapat memilih profesi kita. Namun sebuah profesi tidak sekedar alat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tempat kita menyambung detak-detak nafas. Menumbuhkan daging dan tulang belulang. Tapi profesi adalah sebuah pilihan secara sadar tentang apakah kita menjadi khalifah Allah di muka bumi atau tidak. Pilihan-pilhan profesi yang salah tidak selamanya karena menjadi korban. Tapi banyak yang merupakan secara sadar dan sepenuh hati, untuk memilih profesi yang buruk dan jahat. Seorang mukmin memandang pilihan profesinya tak sesederhana itu. Bila profesi itu dilihat dari sudut jalan rezeki, maka profesi adalah pilihan untuk memakan yang halal atau yang haram. Bila dilihat dari sudut sosial, profesi adalah pilihan untuk memberi manfaat kepada sesama atau justru merusak sesama. Bila dilihat dari sudut akhirat, profesi adalah pilihan untuk mengantarkan diri kita ke surga atau ke neraka. Profesi adalah pilihan yang serius. tak sekedar orang bisa makan atau tidak bisa makan.

Banyak yang harus kita pilih dalam hidup ini. Tidak hanya soal teman hidup dan profesi. Tetapi setiap langkah kaki yang kita ayunkan adalah keputusan atas sebuah pilihan. Hendak kemana dan hendak apa. Setiap ucapan yang kita lontarkan adalah keputusan atas sebuah pilihan.

Kehidupan memang sebuah bentangan jalan yang akan berakhir. Kematian pasti terjadi siapapun kita, seluas apapun milik kita, sebesar apapun jabatan kita, sekuat apapun milik kita. Begitu mahalnya nilai hidup. Karena itu, setiap orang harus memberi pilihan yang tepat untuk mengisi hidup. Pilihan dalam hiduplah yang menentukan siapa kita pilihan hidup juga yang akan menentukan seluruh akibat yang harus kita jalani.

Bagi seorang mukmin, memilih adalah konsekuensi keimanan. Seperti ketika ia mendeklarasikan kalimat tauhid “Tidak ada Tuhan selain Allah”, dan Nabi Muhammad itu utusan Allah.” Maka di pusat pusaran itulah pilihan-pilihan hidupnya akan menuju. Lalu kita akan menyaksikan bagaimana sosok manusia-manusia yang berjalan gesit di muka bumi, menyeka peluh kelelahan dengan air kesabaran., dan menikmati kuntum karunia dengan senyum syukur dan pengharapan. Seorang mukmin, semestinya mengerti apa dan mengapa ia memilih jalan hidupnya. Ia mengerti pula atas tanggung jawab semua pilihannya. (wid).


Tidak ada komentar: